Melalui kesederhanaannya inilah yang membuat puisi-puisi Sapardi abadi, lihat saja puisi Aku Ingin atau Hujan Bulan Juni yang tak lekang dimakan zaman. Pada buku kumpulan sajak ini, kebanyakan berbau romansa dan tak sedikit juga yang menurut saya menggelitik, seperti Puisi Tuan ditulis pada tahun 1980 yang hanya terdiri dari 2 baris kalimat.
Nov 18 2016 Kala hujan tak kunjung reda. Tapi kau takut membukanya. Sayangnya rasa cinta mereka terhadap hujan hanya sebatas kata. Jan 14 2020 Hujan terus turun tak kunjung reda Seakan tak ada lagi waktu untuk jeda Dan ini bisa jadi pertanda Banjir akan melanda. Puisi Hujan Bulan Juni.
Hujan baru saja reda. Aku lebih suka pada apa yang datang sesudahnya, ia menjawab. Kupandangi matanya yang berkilap wajahnya seperti halaman belakang rumah nenek —yang kata ibu akan lebih segar jika dilihat— dari atas balkon. Apa itu? aku menyahut. "Itu," jawabnya seraya menunjuk. "Pelangi. Susunan warna indah dengan garis melengkung. Kata
Tentu saja ini suatu kepulangan yang indah ketika bersujud. Hujan sebagai tanda keberkahan bagi kematian manusia. Seperti keindahan alam setelah hujan siang, muncul pelangi yang indah dalam puisi Sehabis Hujan (h.59). Muzaki menghadirkan puisinya dengan diksi-diksi sederhana. Diksi-diksi sederhana itu dirajutnya secara sederhana pula dalam
Pelangi yang ada setelah hujan Pelangi yang membuat hujan terlihat lebih indah Pelangi yang membuat hujan bagai berwarna-warni, Namun kini entah dimana engkau pelangiku… Kini hujan tak seindah dulu Sendu, tak berwarna Sepi bak membisu Hanya petir yang dapat memecahkan keheningan, Layaknya hujan dengan sebongkah amarah, Aku… Aku, hujan tanpa
Vg68Vj.
puisi hujan dan pelangi